Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata Natie
(Belanda), atau nation (Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham
yang berkaitan denga kecintaan terhadap tanah air. Orang yang bersifat
nasionalis adalah orang yang mencintai bangsa dan tanah airnya. Kehadiran Jong
Java mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa, seperti lahirnya Pasundan,
Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes,
Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Pemuda
Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan sebagainya.
Semua organisasi tersebut mendorong timbulnya kesadaran nasional bangsa
Indonesia.
1. Budi Utomo
(BU)
Budi
Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan
hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo,
seorang memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan
tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini merupakan badan yang
bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Cita-cita
luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan, khususnya, dari
golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro Husodo tersebut, ternyata
mempengaruhi jiwa Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA Jakarta. Pada
tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA memproklamasikan berdirinya
Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya. Organisasi
yang baru berdiri itu menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar
(intelektual). Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu
dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Mengupayakan
hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,
b. Mengadakan
perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
c. Mendirikan
badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja anak-anak
sekolah, dan
d. Memajukan
kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam upaya mencapai
kehidupan yang layak.
Budi
Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi model bagi
gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada
golongan terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi
Budi Utomo menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa
Indonesia, kelahiran Budi Utomodiperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional
Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor
31, tanggal 16 Desember 1959.
2. Sarekat
Islam (SI)
Semula, organisasi ini bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran
SDI didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa
dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem monopoli yang dilakukan
oleh para pedagang Tionghoa itu, para pengrajin batik yang ada di Solo sangat
dirugikan, terutama dalam penentuan harga.
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut :
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut :
a.
Mengembangkan jiwa berdagang,
b. Memberi
bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. Memajukan
pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan
d. Menggalang
persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama Islam.
Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas pribumi.Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah. Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis).
Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.
Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih banyak karena Islam menjadi identitas pribumi.Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah. Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis).
Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.
3. Perhimpunan
Indonesia
Orang-orang
Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908, mendirikan organisasi
yang diberi nama Indische Vereniging. Pelopor berdirinya organisasi ini adalah
Sultan Kasayangan seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari
Jogjakarta.
Tujuan
yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan bersama atas
orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi,
yang ada di Negeri Belanda.
Dalam perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, digantinamanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan identitas kita. Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat menguntungkan perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta, aktivitas Perhimpunan
Dalam perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, digantinamanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan identitas kita. Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat menguntungkan perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta, aktivitas Perhimpunan
Indonesia semakin meluas.
Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti
pertemuan internasional, seperti konferensi internasional yang diadakan di
Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan perjuangan Bangsa
Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat non-cooperasi dan
self help.
PI memiliki media, yaitu majalah Hindia
Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa Indonesia disampaikan
kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan sifat ke-Indonesiaannya, nama Hindia
Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan
Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga membuka
keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.
4. Indische
Partij (IP)
Indische
Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi politik
didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang keturunan
Belanda yaitu E.F.E. Douwes Dekker. Pendirian Indische Partij juga
dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang merupakan organisasi
orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh
Indische Partij adalah membangun patriotisme sesama “Indiers” terhadap
tanah air yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah bekerja
sama atas dasar persamaan ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.
Dalam
upaya mempertahankan keberadaannya sebagai organisasi, para pemimpinnya
berupaya agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi
usaha itu gagal karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala cara selalu
melarang berdirinya organisasi yang dianggap membahayakan.
5. Indische
Social Democratische Vereniging (ISDV)
Para
pegawai Belanda di Indonesia, semula, mendirikan Indische Social Democratische
Veregining (ISDV). Dalam perkembangannya, ISDV, pada tanggal 20 Mei 1920,
diubah menjadi Partai Komunis Hindia. Setelah itu, diubah lagi menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pengurusnya ialah Semaun (Ketua), Darsono (Wakil
Ketua), Bergsma (Sekretaris) dan anggota pengurus yang terdiri dari Baars,
Sugono, dan H.W. Dekker sebagai bendahara.
Partai
Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri tanggal 23 Mei 1920. Tokoh yang
ada di belakang pendirian PKI adalah Sneevlit, seorang pegawai Belanda yang
dikirim ke Indonesia. Pada tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan
pemberontakan di Banten, Sumatera disusul tindakan kekerasan di Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak penangkapan terhadap tokoh perjuangan, yang
dibuang ke Digul dan Tanah Merah.
6. Partai
Nasional Indonesi (PNI)
Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Kelahiran PNI tidak terlepas dari peranan
Algemeen Studie Club, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa di Bandung.
Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo,
Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada rapat
pendirian tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang disahkan dalam kongres
PNI pertama di Surabaya tanggal 27 sampai 30 Mei 1928. Susunan pengurusnya
adalah sebagai berikut:
Ketua/Pemuka :
Ir. Soekarno
Sekretaris/Bendahara : Mr. Iskaq
Tjokrohadisurjo
Anggota
: dr. Samsi, Mr. Sartono, Mr. Soenarjo,
Ir. Anwari
Dalam
Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang meliputi bidang politik
untuk mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional, dan
memajukan pelajaran nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian
didirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan
perkumpulan koperasi. Garis perjuangan PNI adalah non-cooperative, artinya
tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Karena ketatnya
pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda, para tokoh PNI kemudian
ditangkap pada tahun 1930. Akibatnya, Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum
Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh pengadilan
Bandung. Dalam sidang tersebut, Soekarno menulis pembelaan deangan judul
Indonesia Menggugat.
Penangkapan
terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat sehingga menggoyahkan kehidupan
partai tersebut. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April
1931, diambil keputusan bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini membawa
perpecahan pada para pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan Partindo
sedangkan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru (Pendidikan Nasional
Indonesia)
7. Permufakatan
Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927.
Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan, Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927.
Tujuan yang ingin dicapai dari federasi
ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme Belanda. Sebagai suatu
federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan gerakan yang ada,
baik yang radikal maupun yang maderat. Upaya PPPKI yang memberikan sumbangan
terhadap perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. PPPKI
mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan terhadap pembebasan pelajar
di negeri Belanda.
b. PPPKI
mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya penangkapan terhadap para
pemimpin Frond Nasional yang diharapakan dapat memberikan bantuan terhadap
keluarga yang ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.
c. PPPKI ikut
menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932. Dalam kongres itu diusahakan
peredaan ketegangan diantara organisasi-organisasi politik yang ada di
Indonesia.
8. Gabungan
Politik Indonesia (GAPI)
TekananPemerintahan Kolonial Belanda
mengakibatkan PPPKI sebagai suatu federasi tidak dapat menjalankan fungsinya.
Oleh karena itu, dalam rapat pendirian Concentrasi Nasionalyang diadakan
tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah federasi baru. Yang
menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa,
PSII, PII, dan Partai Katolik. Yang menjadi latar belakang berdirinya GAPI
adalah:
a. kegagalan
Petisi Sutardjo,
b. kegentingan
nasional akibat timbulnya bahaya fasis, dan
c. sikap pemerintah
kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentinga Bangsa Indonesia. Di
dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan
sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan
Indonesia. Semboyan yang dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4
Juli 1939 adalah Indonesia berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang
dikenal dengan nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua pihak
untuk waspada terhadap bahaya fasis. Untuk pertama kalinya, GAPI dipimpin oleh
M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.
9. Partai Indonesia
Raya (Parindra)
Adanya tekanan terhadap organisasi
politik non cooperative oleh pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan Studie
Club mulai memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader bangsa. Karena
itulah, Indonesische Studie ClubSurabayayang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai
mengembangkan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie
Club menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan
salah satu cikal bakal dari Parindra.
0 komentar:
Posting Komentar